#TantanganGurusiana

#TantangamHariKe-171

Mengurai Halimun (Part-2) 

Oleh : Fitri Hariana

          Hegar baru terbangun dari tidurnya pada dinihari. Melawan kantuk dan mengenyahkan rasa malas. Melawan dinginnya pagi. Mencengkrami sejuknya air bening yang terasa bagai es yang meleleh. Hegar mengosok gigi, mencuci muka, tangan dan kakinya dengan sabun. Kemudian membasuh kedua tangan, berkumur-kumur, membasuh wajah, lalu tangan hingga siku, kepala, telinga dan kedua kakinya. Ajaib rasanya, saat ia berusaha menyempurnakan wudhuk, dinginnya air malah mengantarkan kesegaran ke setiap sel-sel kulit dan sarafnya.Hegar membaca doa dan sholawat di akhir wudhuknya sembari mengangkat kedua telapak tangan.

        " Dueng..!Dueng...! Dueng!" Suara  dentang jam di ruang tengah rumahnya menggema memecah kesunyian. Tepat pukul 3 pagi saat Hegar menggangkat kedua tangannya mengucap takbiratul ihram..

        " Allahu Akbar" Hegar larut dalam kekhusyukan sholat tahajud di keheningan malam. 12 rakaat dia lalui dengan setiap salam setiap menyelesaikan dua rakaat. Bahkan setelahnya, lantunan dzikir meneduhkan kalbu menaut kerinduan hatinya pada Sang Pemilik Cinta. Pencipta jagad raya dan alam semesta. 

         Ada ketenangan di raut wajahnya. Selalu rasa damai yang muncul setiap kali dia bermunajat kepada Allah di saat sebagian orang masih terlelap meringkuk di bawah selimutnya. 

       Selesai melaksanakan sholat tahajud, tangannya selalu reflek mengambil Al-Qur'an. Mencium mushaf dengan hidung dan keningnya. Lalu membuka lembaran-lembaran mushaf. 

      Suara merdunya melantunkan ayat-ayat suci kalamullah hingga menjelang adzan subuh. Kemudian bergegas ke musholla desa di kaki Gunung Halimun. Mengumandangkan adzan Subuh, mengajak penghuni desa yang masih terlelap dalam buaian kehangatan selimut di dinginnya subuh di kaki gunung Halimun, agar bangun dan memenuhi panggilan perintah Allah. 

       " Assholatu khairu minnannaum..Assholatu khairu minnannaum... Allahu Akbar....Allahu Akbar..Laa ilaha illallah," 

            Suara merdu muadzin yang mengumandangkan adzan Subuh terdengar indah memecah kehenjngan desa Halimun. Mulai terdengar langkah-langkah orang menuju musholla. 

         Hana merasa de Javu. Mengingat-ingat merasa seolah sudah pernah mengalami suasana subuh ini. Juga suara muadzin yang terdengar merdu. Suaranya mengalun dari hati. Memuji Sang Khalik. Menghantarkan getar-getar cinta makhluk pada Khaliknya. Suara adzan subuh itu terasa membius Hana. Menyelusup hingga ke setiap sudut ruang hatinya. Hana tersenyum. 

        " Alhamdulillahi ladzi ahyana ba'da ma amatana wa ilaihi nusyur" ucap Hana dalam hati membaca doa bangun tidur. Langkahnya bergegas menuju kamar mandi. Dia sedikit terjengat merasakan dinginnya percikan air yang mengenai kulitnya. Namun rasa segar kian menyeruak mengusir dingin. Pori-pori kulit Hana menyegar. Sel-sel saraf di lapisan dermis kulitnyanya menghantarkan sinyal air segar yang menenangkan hingga ke pusat sarafnya. Dia menyempurnakan wudhuknya. Menuju kamar di rumah dinasnya yang mungil.  Membentangkan sajadah dan melaksanakan sholat subuh di kamarnya. Hana menimati sholat subuh yang terasa lebih syahdu di kaki Gunung Halimun.

Bersambung...

Lubuk Pakam, 3 Juli 2020.