Fitri Hariana

Penulis adalah Alumni Pelatihan SAGUSABU 2 Medan. Penulis, Fitri Hariana, Lahir di Medan, 13 Agustus 1980. Ibu dari 3 orang anak. Alumni SMA Negeri 10 (sekara...

Selengkapnya
Navigasi Web

Menyerah Pada Sebuah Rasa (Part-2)

#TantanganGurusiana

#TahtanganHariKe-140

Menyerah Pada Sebuah Rasa (Part-2)

Oleh : Fitri Hariana

(3 tahun yang lalu.)

Wajah Laura bersemu merah. Hangat menjalari wajah dan telinganya. Dia tersenyum malu-malu hingga pura-pura menoleh ke arah lain. Memalingkan pandangannya dari seraut wajah menawan di hadapannya.

Laura tak.menyangka, lelaki muda tampan yang sedang asyik mengutak atik gawai, tiba-riba mengangkat wajahnya. Mengalihkan pandangan matanya dari gawai dan memergoki Laura yang seperti memandangnya dengan penuh pemujaan.

Lelaki itu tersenyum lembut. Menggoda Laura dengan nada halus namun menggigit hati.

" Diam-diam kamu menikmati wajahku," ujar si lelaki muda. Kata-katanya seolah mengejek. Menelanjangi rasa malu yang bersemayam dalam hati Laura.

" Kenapa? Kagum dengan ketampananku?" tanya lelaki muda dengam kepercayaan diri yang tinggi. Namun tak terdengar nada angkuh dari wajahnya. Lebih terdengar menggoda.

" Jangan-jangan sebentar lagi kamu akan jatuh cinta padaku" lanjut lelaki muda tanpa memperdulikan wajah dan telinga Laura yang jelas terlihat memerah.

" Hei...kamu makin terlihat cantik bila sedang bersemu merah begitu hahaha. Yakin mau melihat ke arah sana saja. Nanti kalau lehermu jadi pegal dan kaku aku tak tanggung jawab ya hahaha,"

Laura mencebik. Sembari malu ke lelaki muda.

" Kenapa hanya matamu saja yang mengerling indah kembali ke wajahku. Ayolah..putar kembali lehermu agar tidak sakit. Jangan malu-malu gitu. Kamu bukan perempuan pertama yang terkagum-kagum saat melihat wajahku", ujar lelaki muda itu.

" Issshhh...sombong ih," jawab Laura menjawab sambil tersenyum kecil.

Lelali muda itu malah tertawa renyah...

" Ahahaha..itu juga bukan kalimat yang baru pertama kali kudengar. Aku tak pernah bermaksud menyombongkan diri. Cuman mrngatakan yang sebenarnya," jawabnya.

" Kadang aku merasa kalau wajah yang tampan dari Tuhan ini sering merepotkanku juga. Kemana aku pergi, banyak perempuan yang menoleh dan memperhatikanku," lanjutnya tersenyum kecil.

Laura tersenyum dan membenarkan dalam hati. Ia tak menampik kalau wajah pria muda yang menawan itu seolah magnet yang menarik perhatian kaum perempuan. Tidak hanya perempuan muda sepertinya. Namun, Laura juga sempat menangkap dengan sudut ekor matanya seorang wanita paruh baya yang duduk tak jauh dari meja makan mereka juga sempat terpukau. Terpana dengan tatapan mata terpaku pada wajah tampan di hadapan Laura. Pertemuan itu memang dijadwalkan di sebuah restoran terkenal sembari makan siang.

" Maafkan kelancangan saya. Kalau sempat membuat Anda terganggu," jawab Laura memberanikan diri menyela. Dia berusaha mengusir kekikukan yang sempat menghampiri. Laura tersenyum sopan dan memandang demgan tatapan wajar saja. Berusaha menekan keterpukauan yang pernah muncul di beberapa menit sebelumnya.

" Never mind. Bukan salahmu. Aku sudah terbiasa menghadapi yang seperti. Kadang aku juga bingung, kenapa banyak wanita tahu-tahu memandangiku. Lantas aku ingat, paras wajahku yang mungkin memaku pandangan mereka"

" Bukan salah mereka. Dan juga bukan salahku. Meski kurasa anugerah dari Tuhan ini kadang merdpotkankh juga. Menjadi ujian. Aku jadi tak tahu wanita-wanita itu tulus atau hanya terpesona oleh parasku," lanjutnya.

Laura merasa tersanjung. Lelaki itu mau bercerita seolah mereka sudah kenal lama. Laura tersenyum menyimak.

"Namaku Alkana," ujar lelaki itu tanpa ditanya.

" Salam.kenal Pak Alkana. Saya Laura. Sekretaris Pak Bramantiyo. Dirut PT. Semesta Indah," jawab Laura.

" Ya...saya sudah tahu. Pak Bram sudah mengirimkan informasi tentang kamu, untuk mewakilinya bertemu dengan harusnya papa saya "

" Ya, Pak Bram meminta saya mewakilinya sementara ini. Karena beliau sedang mendampingi istrinya operasi kista," jawab Laura.

" Nah itulah dia masalahnya. Harusnya yang ingin bertemu dengan Pak Bram itu papa saya. Tapi papa saya juga sedang mendampingi mama operasi usus buntu. Akhirnya saya diminta untuk mewakili. Kalau begitu kita hanya sama-sama mewakili," jawab Alkana.

Mereka hanya berdiskusi ringan tentang agenda pertemuan pengganti bagi Pak Bramantiyo dan Pak Mark , CEO PT.Wicaksana, papanya.

" Oke, nomormu sudah aku simpan. Dan aku tunggu informasi jadwal agenda selanjutnya kapan Pak Bram bisa melakukan pertemuan kembali," ujar Alkana.

(Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kk hebat oii

02 Jun
Balas

Belum bu..masih belajar..masih banyak kurangnya

03 Jun

"mencebik" itu bahasa indonesianya apa bu?

04 Jun
Balas

Mantul. bu...

02 Jun
Balas

Makasih pak..

02 Jun



search

New Post